Contoh 1: Naskah Drama Pendek 2 Orang Tentang Cerita Rakyat
Judul: “Rawa Pening”
Pemeran:
- Aji (anak muda yang penuh semangat)
- Sari (anak muda yang penuh kecerdasan)
(Setting: Desa kecil di sekitar Rawa Pening. Aji dan Sari berdiri di tepi rawa, memandang keindahan dan keheningan alam.)
Adegan 1: Pertemuan di Tepi Rawa
Aji dan Sari sibuk dengan tugas masing-masing. Mereka tanpa sengaja bertemu di tepi Rawa Pening.
Aji: (sambil memancing) Hai, Sari! Apa kabar?
Sari: (menjentikkan jari ke air) Hai, Aji! Kabar baik, seperti biasa. Kamu lagi apa?
Aji: (menghentikan aktvitas memancingnya) Sama, mencoba peruntungan memancing. Eh, dengar kabar dari nenek-nenek di desa, katanya rawa ini punya cerita mistis. Ada yang bilang di malam hari sering terdengar suara tawa anak-anak.
Sari: (mengangguk) Ya, aku juga dengar itu. Konon, suara itu berasal dari anak-anak yang dulunya tinggal di sini. Katanya, mereka punya kisah menarik.
Aji: (tertawa) Cerita anak-anak kayak apa sih yang bisa bikin suara tertawa di malam hari?
Sari: (berpikir sejenak) Kata nenek-nenek, dulu ada anak-anak desa yang menemukan harta karun di rawa ini. Mereka hidup rukun dan berbagi harta tersebut dengan warga desa. Namun, karena keserakahan, harta itu hilang dan mereka pun lenyap.
Aji: (mengernyitkan dahi) Seru juga ya ceritanya. Tapi itu kan hanya cerita, tidak mungkin benar.
Adegan 2: Mencari Harta Karun
Aji dan Sari tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentang cerita rakyat tersebut. Mereka memutuskan untuk menyelidiki sendiri di malam hari.
Aji: Bagaimana kalau kita mencoba mencari tahu lebih lanjut? Siapa tahu, kita bisa menemukan sesuatu yang menarik.
Sari: (setuju) Ide bagus! Tapi kita harus hati-hati, ya. Jangan sampai kita ikut lenyap seperti cerita itu.
Adegan berpindah ke malam hari. Aji dan Sari membawa obor dan memasuki rawa.
Aji: (dengan semangat) Wah, rasanya seperti petualangan sejati!
Sari: (memandang sekeliling) Tapi, Aji, kita harus berhati-hati. Rawa ini bisa berbahaya, dan cerita mistis mungkin saja hanya legenda.
Mereka berjalan lebih dalam ke rawa, mencari jejak anak-anak legendaris tersebut.
Adegan 3: Menemukan Kebenaran
Aji dan Sari menemukan petunjuk yang mengarah pada sesuatu. Mereka menemukan kotak kecil berisi benda-benda kuno.
Sari: (terkejut) Ini apa, Aji? Sepertinya kotak kuno yang dipenuhi dengan permata!
Aji: (gembira) Ternyata cerita itu benar adanya! Kita menemukan harta karun!
Sari: (menyadarkan diri) Tapi Aji, kita tidak boleh serakah seperti anak-anak legendaris itu. Kita harus berbagi dengan warga desa.
Aji: (setuju) Betul juga. Mari kita kembali dan ceritakan temuan kita kepada mereka.
Aji dan Sari kembali ke desa dengan membawa harta karun tersebut.
Adegan 4: Kebaikan yang Menghidupkan Kembali
Mereka mengumpulkan warga desa dan menceritakan kisah mereka. Mereka sepakat untuk menggunakan harta karun itu untuk kebaikan bersama.
Aji: (memandang warga desa) Kita tidak boleh mengulangi kesalahan anak-anak legendaris itu. Kebaikan dan kebersamaan adalah yang utama.
Sari: (menambahkan) Rawa Pening bukan hanya tempat mistis, tapi juga saksi kebaikan dan kebijaksanaan kita.
Semua warga desa setuju dan bersama-sama mereka membangun proyek untuk kesejahteraan bersama.
Epilog: Rawa Pening yang Damai
Desa menjadi lebih makmur dan damai. Aji dan Sari menjadi pahlawan desa yang membawa keberuntungan. Mereka menyadari bahwa kekayaan sejati ada dalam kebaikan dan kebersamaan.
Pertunjukan drama berakhir dengan semua pemain dan warga desa bersama-sama menyanyikan lagu tentang persatuan dan kebaikan.
Catatan: Naskah drama di atas dapat disesuaikan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pertunjukan dan kreativitas pementasan.
Contoh 2: Naskah Drama Pendek 3 Orang Tentang Cerita Rakyat
Judul: “Timun Mas”
Pemeran:
- Mbok Rondo (ibu tua yang sabar)
- Pak Tani (petani yang baik hati)
- Timun Mas (anak perempuan yang cerdas)
Adegan 1: Di Rumah Pak Tani
(Pak Tani sedang bekerja di ladangnya. Mbok Rondo sedang duduk di teras rumah, merenda, sementara Timun Mas bermain di sekitar rumah.)
Pak Tani: (menyapa) Mbok Rondo, bagaimana keadaan hari ini?
Mbok Rondo: (sambil tersenyum) Baik, Pak Tani. Bagaimana hasil panen hari ini?
Pak Tani: (bangga) Sungguh melimpah! Lihatlah betapa subur tanah kita. (menatap Timun Mas) Hai, Timun Mas, jangan bermain terlalu jauh.
Timun Mas: (tersenyum) Baik, Pak Tani!
(Timun Mas bermain di kebun.)
Adegan 2: Pertemuan dengan Raksasa
(Timun Mas tiba-tiba mendengar suara aneh dari kebun. Raksasa muncul.)
Raksasa: (mengerikan) Timun Mas, aku lapar! Beri aku makan atau aku akan memakanmu!
Timun Mas: (takut) Tolong, Pak Tani!
(Timun Mas berlari ke arah Pak Tani dan Mbok Rondo.)
Pak Tani: (marah) Siapa yang berani mengancam Timun Mas?
Raksasa: (mengejek) Aku adalah raksasa lapar! Beri aku makan atau aku akan menghancurkan ladangmu!
(Pak Tani dan Raksasa berdebat. Mbok Rondo berusaha menenangkan situasi.)
Mbok Rondo: (sabar) Mari kita cari solusi yang baik. Ada cara lain untuk menyelesaikan masalah ini.
Adegan 3: Petualangan Menuju Istana Raksasa
(Mbok Rondo memberi saran agar Timun Mas membuat perjanjian dengan Raksasa untuk mencari makanan.)
Timun Mas: (berani) Baiklah, aku akan mencarikan makanan untukmu. Tapi, kita harus membuat perjanjian.
Raksasa: (setuju) Apa saja perjanjiannya?
Timun Mas: (pintar) Aku akan membawa makanan untukmu setiap hari, tapi jangan ganggu desa dan ladang ini lagi.
Raksasa: (setuju) Baiklah, perjanjian kita sah!
(Timun Mas berangkat menuju hutan mencari makanan untuk Raksasa.)
Adegan 4: Pertempuran dengan Raksasa
(Timun Mas mendapat bantuan dari hewan-hewan hutan untuk mencari makanan. Suatu hari, Raksasa melanggar perjanjian dan kembali mengancam desa.)
Timun Mas: (marah) Kau melanggar perjanjian! Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan desa ini!
(Pertempuran antara Timun Mas dan Raksasa terjadi. Timun Mas menggunakan kecerdasannya untuk mengalahkan Raksasa.)
Epilog: Kesejahteraan Desa
(Raksasa akhirnya dikalahkan dan mengakui kecerdasan Timun Mas. Desa kembali aman.)
Pak Tani: (bangga) Timun Mas, kau adalah pahlawan desa kita!
Mbok Rondo: (tersenyum) Kecerdasan dan keberanianmu telah menyelamatkan kita semua.
Timun Mas: (besyukur) Kesejahteraan desa ini adalah hal yang paling berharga bagiku.
(Semua bersatu menyanyikan lagu kebahagiaan untuk merayakan kemenangan mereka.)
Catatan: Naskah drama di atas dapat disesuaikan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pertunjukan dan kreativitas pementasan.
Contoh 3: Naskah Drama Pendek 4 Orang Tentang Cerita Rakyat
Judul: “Legenda Roro Jonggrang”
Pemeran:
- Roro Jonggrang
- Bandung Bondowoso
- Boko Tundung
- Pringgandani (teman Roro Jonggrang)
Adegan 1: Kehidupan Damai di Desa Prambanan
(Roro Jonggrang dan Pringgandani duduk di sekitar area desa Prambanan. Mereka menikmati kehidupan damai dan harmonis di desa tersebut.)
Pringgandani: (bersuka cita) Roro, betapa indahnya hidup kita di Prambanan. Desa ini penuh dengan keberkahan dan kedamaian.
Roro Jonggrang: (setuju) Ya, Pringgandani. Semoga kebahagiaan ini selalu terjaga.
(Boko Tundung muncul dengan kabar buruk.)
Boko Tundung: (datang dengan panik) Roro Jonggrang, ada kabar dari hutan! Bandung Bondowoso, seorang raksasa, datang untuk menaklukkan desa kita!
Roro Jonggrang: (cemas) Apa yang harus kita lakukan?
Adegan 2: Pertemuan dengan Bandung Bondowoso
(Roro Jonggrang dan Pringgandani mendatangi Bandung Bondowoso di hutan untuk mencari solusi yang baik.)
Bandung Bondowoso: (bercakap) Roro Jonggrang, aku datang dengan niat baik. Aku ingin menjadikan Prambanan sebagai kerajaan yang besar.
Roro Jonggrang: (menolak) Desa kami sudah damai, kami tidak membutuhkan perubahan yang tidak diinginkan.
Bandung Bondowoso: (menantang) Kalau begitu, kita selesaikan ini dengan cara baik. Aku akan menaklukkan Prambanan dan menjadikanmu sebagai permaisuri.
(Roro Jonggrang menolak tawaran Bandung Bondowoso. Mereka berdua berdebat dengan panas.)
Adegan 3: Kebijaksanaan Roro Jonggrang
(Roro Jonggrang, tidak ingin desa terlibat dalam pertempuran, mengajukan syarat pada Bandung Bondowoso.)
Roro Jonggrang: (berpikir cepat) Aku akan menjadi permaisurimu, tapi ada syarat yang harus kau penuhi. Kau harus membangun seribu candi dalam semalam.
Bandung Bondowoso: (terkejut) Seribu candi? Bagaimana mungkin?
Roro Jonggrang: (bercerita) Jika kau mampu membangun seribu candi dalam semalam, aku akan menjadi permaisurimu. Tapi jika tidak, kau harus meninggalkan desa kami.
Bandung Bondowoso: (tertawa) Baiklah, aku akan menerima tantanganmu!
Adegan 4: Keajaiban dan Kebijaksanaan Roro Jonggrang
(Bandung Bondowoso menggunakan kekuatannya untuk membangun candi dengan cepat. Roro Jonggrang sadar akan sulitnya tugas tersebut dan mencari cara untuk menghentikannya.)
Pringgandani: (mencoba memberi saran) Roro, apa yang bisa kita lakukan?
Roro Jonggrang: (cerdik) Kita harus menghentikannya. Aku akan memerintahkan para penduduk desa untuk membakar jerami dan membuat suara yang membuat ayam berkokok seolah-olah fajar sudah tiba.
(Roro Jonggrang mengatur rencananya dengan cermat, dan Bandung Bondowoso terkecoh oleh keadaan palsu yang diciptakan.)
Epilog: Hikmah Kebijaksanaan
(Bandung Bondowoso gagal membangun seribu candi dan meninggalkan desa. Roro Jonggrang dan penduduk desa merayakan kemenangan mereka.)
Roro Jonggrang: (tersenyum) Kebijaksanaan dan ketekunan kita telah menyelamatkan Prambanan. Kita belajar bahwa kebijaksanaan dan tindakan cerdas dapat mengalahkan kekuatan yang besar.
Pringgandani: (mengangguk) Ya, Roro Jonggrang. Kita harus selalu berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
(Semua bersatu menyanyikan lagu kejayaan desa Prambanan untuk merayakan kemenangan mereka.)
Catatan: Naskah drama di atas dapat disesuaikan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pertunjukan dan kreativitas pementasan.
Contoh 4: Naskah Drama Pendek 5 Orang Tentang Cerita Rakyat
Judul: “Malin Kundang”
Pemeran:
- Ibu Malin Kundang
- Malin Kundang (anak muda yang ambisius)
- Kapten Kapal (orang kaya dan berkuasa)
- Awak Kapal
- Nenek Penjual Sayur
Adegan 1: Di Desa Kecil
(Malin Kundang tumbuh di desa kecil bersama ibunya. Ia memiliki impian besar untuk menjadi kaya dan sukses.)
Ibu Malin Kundang: (prihatin) Malin, jangan tinggalkan desa ini. Kami adalah keluarga sederhana dan bahagia di sini.
Malin Kundang: (ambisius) Ibu, aku ingin lebih dari ini. Aku akan pergi mencari kehidupan yang lebih baik.
Ibu Malin Kundang: (sedih) Tetapi, anakku…
(Malin Kundang meninggalkan desa dengan tekad kuat untuk mencapai impian dan kekayaannya.)
Adegan 2: Malin Kundang sebagai Awak Kapal
(Malin Kundang menjadi awak kapal yang bekerja keras di bawah kepemimpinan Kapten Kapal. Ia berusaha keras untuk mencapai impian kekayaannya.)
Kapten Kapal: (memuji) Malin, kau adalah awak kapal yang handal. Ayo kerja lebih keras lagi!
Awak Kapal: (bersungguh-sungguh) Terima kasih, Kapten. Saya akan bekerja lebih keras.
Adegan 3: Kebanggaan dan Kesombongan
(Malin Kundang berhasil menjadi kapten kapal dan kembali ke desanya yang kini sukses dan kaya. Namun, kesuksesannya membuatnya sombong.)
Malin Kundang: (sombong) Lihatlah, Ibu! Aku telah sukses dan kaya sekarang. Aku adalah Kapten Kapal yang terkemuka!
Ibu Malin Kundang: (kecewa) Anakku, kekayaanmu tidak seharusnya membuatmu sombong. Ingatlah darimana kau berasal.
(Malin Kundang mengabaikan ibunya dan melanjutkan hidupnya yang mewah tanpa memperhatikan orang lain.)
Adegan 4: Kutukan Nenek Penjual Sayur
(Malin Kundang, dalam perjalanannya kembali dari pelayaran, mengabaikan seorang nenek penjual sayur yang membutuhkan bantuannya.)
Nenek Penjual Sayur: (marah) Malin Kundang, karena keangkuhanmu, kau akan dihukum! Kutukan akan menimpa dirimu!
Malin Kundang: (menertawakan) Kutukan? Aku tidak percaya pada hal-hal seperti itu!
(Ketika Malin Kundang berlayar kembali, badai dahsyat menimpanya, dan kapalnya hancur.)
Adegan 5: Tragedi Malin Kundang
(Malin Kundang terkapar di pantai yang sepi setelah badai. Ia merasa menyesal atas sikapnya yang sombong. Ibu Malin Kundang datang menemui anaknya yang sekarang sangat lemah.)
Ibu Malin Kundang: (menangis) Anakku, aku akan selalu mencintaimu. Maafkan ibumu yang selalu menyayangimu.
Malin Kundang: (menyesal) Ibu, aku salah. Kekayaanku tidak sebanding dengan kehilangan kasih sayang keluargaku. Aku menyesal.
(Malin Kundang meninggal dalam keadaan menyesal. Ibu Malin Kundang meratapi kehilangannya.)
Epilog: Pelajaran Hidup
(Penduduk desa menyadari pentingnya rendah hati dan kasih sayang. Mereka merenungkan pelajaran hidup yang berharga dari kisah Malin Kundang.)
Penduduk Desa: (bersama-sama) Kita harus selalu rendah hati dan menghargai kasih sayang keluarga. Kekayaan tidak sebanding dengan kebahagiaan keluarga.
(Pertunjukan diakhiri dengan lagu yang menyampaikan pesan moral dan kebijaksanaan yang dapat diambil dari kisah Malin Kundang.)
Catatan: Naskah drama di atas dapat disesuaikan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pertunjukan dan kreativitas pementasan.
Contoh 5: Naskah Drama Pendek 6 Orang Tentang Cerita Rakyat
Berikut ini adalah contoh naskah drama pendek untuk 6 orang tentang cerita rakyat. Naskah ini berjudul “Timun Mas.”
Judul: Timun Mas
Pemeran:
- Narrator
- Mbok Rondo
- Mbah Gareng
- Manusia 1
- Manusia 2
- Timun Mas
Adegan 1: Di Desa Kecil
Narrator memulai pemaparan cerita.
Narrator: Di sebuah desa kecil yang dihuni oleh masyarakat sederhana, hiduplah seorang perempuan tua bernama Mbok Rondo. Desa itu dikenal dengan cerita rakyat tentang sebuah anak perempuan yang istimewa, Timun Mas.
Adegan 2: Pertemuan Mbok Rondo dan Mbah Gareng
Mbok Rondo sedang berjualan sayur di pasar, bertemu dengan Mbah Gareng.
Mbok Rondo: (sambil menjual) Hai, Mbah Gareng! Bagaimana kabarmu?
Mbah Gareng: Kabar baik, Mbok Rondo. Ada yang istimewa di desa ini?
Mbok Rondo: (berbisik) Kabarnya, ada anak perempuan yang luar biasa. Katanya, dia bisa mengubah nasib desa ini.
Adegan 3: Kehadiran Timun Mas
Timun Mas muncul di pasar.
Timun Mas: Selamat pagi, Mbok Rondo! Apa kabar?
Mbok Rondo: (terkejut) Hai, Timun Mas! Bagaimana kau tahu namaku?
Timun Mas: Saya tahu banyak hal, Mbok. Dan saya siap membantu desa ini.
Adegan 4: Ancaman Raksasa Emas
Manusia 1 dan Manusia 2 muncul, mewakili raksasa emas yang mengancam desa.
Manusia 1: Desa ini akan hancur jika kalian tidak memberikan sesuatu yang berharga!
Manusia 2: (melihat Timun Mas) Hei, siapa dia?
Timun Mas: Saya Timun Mas, dan saya tidak akan membiarkan desa ini hancur!
Adegan 5: Pertarungan Melawan Raksasa Emas
Timun Mas berjuang melawan raksasa emas dengan bantuan Mbok Rondo dan Mbah Gareng.
Timun Mas: (menghadapi raksasa) Desa ini tidak akan menyerah pada ancamanmu!
Mbah Gareng: (mendukung) Kami bersama Timun Mas!
Adegan 6: Kemenangan dan Keberanian
Raksasa emas berhasil dikalahkan, desa menjadi aman.
Narrator: Dengan keberanian Timun Mas dan dukungan dari warga desa, mereka berhasil mengusir ancaman raksasa emas. Desa pun kembali makmur dan sejahtera berkat keberanian Timun Mas.
Demikianlah naskah drama pendek tentang cerita rakyat “Timun Mas” yang melibatkan enam orang pemeran. Anda dapat mengadaptasi atau menyesuaikan naskah ini sesuai kebutuhan dan kreativitas Anda.